|
| |
|
|
|
|
|
| |  | | | ► e-ti/tim | | | Nama: Pranawengrum Katamsi Lahir: Yogyakarta, 28 Maret 1943 Meninggal: Jakarta, 4 September 2006 Suami: - dr Amoroso Katamsi (Nikah 27 Januari 1964) Anak: - Ratna Arumasari, Doddy Keswara Kartikajaya, dan Ratna Kusumaningrum (Aning Katamsi). Ayah: RM Surachmad Padmorahardjo Ibu: Oemi Salamah Profesi: - Penyanyi Seriosa Pendidikan: Fakultas Sosial Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Penghargaan: - Bintang Radio Nasional 1964, 1965, 1966, 1968, 1974, 1975 dan 1980 - Penghargaan khusus Piala WR Supratman Alamat Rumah Keluarga: Jalan Kamper 9, Kompleks Angkatan Laut Pangkalan Jati, Jakarta Selatan | | | | | | | PRANAWENGRUM HOME | ► Selamat datang di situs gudang pengalaman ENSIKONESIA (ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA) ► Thank you for visiting the experience site ► NANTIKAN TAMPILAN BARU TOKOHINDONESIA.COM ► Biografi Jurnalistik ► The Excellent Biography ► Database Tokoh Indonesia terlengkap yang tengah dikembangkan menjadi Ensiklopedi Tokoh Indonesia online ► Anda seorang tokoh? Sudahkah Anda punya "rumah pribadi" di Plasa Web Tokoh Indonesia? ► Silakan kirimkan biografi Anda ke Redaksi Tokoh Indonesia ► Dapatkan Majalah Tokoh Indonesia di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Gunung Mulia, Drug Store Hotel-Office & Mall dan Agen-Agen atau Bagian Sirkulasi Rp.14.000 Luar Jabotabek Rp.15.000 atau Berlangganan Rp.160.0000 (12 Edisi) ► Segenap Crew Tokoh Indonesia Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kepada Para Tokoh Indonesia yang berulang tahun hari ini. Semoga Selalu Sukses dan Panjang Umur ►► Selamat datang di situs gudang pengalaman ENSIKONESIA (ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA) ► Thank you for visiting the experience site ► NANTIKAN TAMPILAN BARU TOKOHINDONESIA.COM ► Biografi Jurnalistik ► The Excellent Biography ► Database Tokoh Indonesia terlengkap yang tengah dikembangkan menjadi Ensiklopedi Tokoh Indonesia online ► Anda seorang tokoh? Sudahkah Anda punya "rumah pribadi" di Plasa Web Tokoh Indonesia? ► Silakan kirimkan biografi Anda ke Redaksi Tokoh Indonesia ► Dapatkan Majalah Tokoh Indonesia di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Gunung Mulia, Drug Store Hotel-Office & Mall dan Agen-Agen atau Bagian Sirkulasi Rp.14.000 Luar Jabotabek Rp.15.000 atau Berlangganan Rp.160.0000 (12 Edisi) ► Segenap Crew Tokoh Indonesia Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kepada Para Tokoh Indonesia yang berulang tahun hari ini. Semoga Selalu Sukses dan Panjang Umur ► |
|  | Pranawengrum Katamsi (1943-2006) Ibu Seriosa Indonesia Pranawengrum Katamsi salah seorang penyanyi seriosa terbaik Indonesia sehingga dijuluki Ibu Seriosa Indonesia, meninggal dunia dalam usia 63 tahun, Senin 4 September 2006 pukul 13.50 di RSAL Mintohardjo, Jakarta. Peraih bintang radio tingkat nasional 1964,1965, 1966 dan 1968 serta 1974, 1975 dan 1980, kelahiran Yogyakarta 28 Maret 1943, itu menderita penyakit gagal ginjal yang mengalami komplikasi ke paru-paru dan jantung. Selama satu bulan, isteri dari dr Amoroso Katamsi (menikah 27 Januari 1964), sempat dirawat di rumah sakit. Pranawengrum yang akrab dipanggil sahabatnya Rum, itu meninggalkan tiga anak yang aktif di bidang musik, yaitu Ratna Arumasari (41), Doddy Keswara Kartikajaya (39), dan Ratna Kusumaningrum (Aning Katamsi, 37). Jenazah puteri pasangan RM Surachmad Padmorahardjo dan Oemi Salamah, itu disemayamkan di Jalan Kamper 9, Kompleks Angkatan Laut Pangkalan Jati, Jakarta Selatan. Jenazahnya dimakamkan hari Selasa pagi 5 September 2006 di pemakaman Pangkalan Jati. Pranawengrum mewarisi bakat seni musik dari ayahnya, RM Surachmad Padmorahardjo, seorang pemain biola. Bakat alam di bidang olah suara itu pertama kali dikembangkan Nathanael Daldjoeni, Kepala SMA BOPKRI II Yogyakarta, yang juga seorang penggubah lagu dan pemerhati musik. Dari Nathanel dia mulai mendengar dan mengenal seriosa. Sejak itu, kecintaan Rum pada seriosa bertumbuh. Dia merasa lagu seriosa itu indah. Kemudian timbul keinginan menjadi penyanyi seriosa. Dia pun belajar olah vokal seriosa. Kemudian tahun 1961, Rum mengikuti lomba nyanyi pelajar se-Indonesia jenis seriosa dan berhasil meraih juara pertama. Lalu, Rum mengikuti pemilihan Bintang Radio tingkat lokal Yogyakarta dan berhasil meraih juara kedua. Tahun 1962, Rum mengikuti lomba Bintang Radio tingkat nasional dan menjadi juara harapan. Setelah itu, Rum meningkatkan latihan olah vokal di bawah bimbingan Suthasoma, Suwandi, Nortier Simanungkalit, dan Kusbini. Dia pun kemudian mengikuti lomba Bintang Radio tingkat nasional 1964 mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dan berhasil meraih gelar juara pertama. Gelar juara Bintang Radio untuk jenis seriosa pun menjadi milik Rum pada tahun 1965 dan 1966, serta tahun 1968. Setelah itu dia dan keluarga Katamsi bermukim di Jakarta. Rum masih giat berlatih meningkatkan olah vokalnya di bawah bimbingan Pranadjaja, FX Sutopo, Sunarto Sunaryo, dan Anette Frambach. Apalagi dia mendapat dukungan penuh dari suami Amoroso Katamsi, seorang dokter, perwira Angkatan Laut, yang juga pernah menekuni seni suara. Kemudian Rum mengikuti lagi ajang Bintang Radio tingkat nasional mewakili DKI Jakarta dan berhasil meraih juara pertama tahun 1974, 1975, dan 1980. Atas berbagai prestasi itu Rum mendapat penghargaan khusus Piala WR Supratman. Prestasi itu juga menempatkan Rum layak digelari Ibu Seriosa Indonesia. Rum memang menganbdikan hampir seluruh hidupnya untuk seriosa. Bahkan ketika berbaring di rumah sakit, Rum masih membicarakan seriosa. Dia ingin kaum muda gemar menyanyi seriosa yakni menyanyi dengan dasar yang benar. ►e-ti/tsl *** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) ================================================= Pranawengrum Katamsi: Ingin Membentuk Masyarakat Seriosa Republika Minggu, 24 Juni 2001: Tepuk tangan men pun menyebutnya Ibu Seriosa Indonesia untuk menghormati dedikasi Prawanengrum. "Ternyata, masih banyak yang menggemari seriosa. Saya ingin konser ini menjadi tanda seriosa Indonesia masih ada," kata Pranawengrum kepada Ratu Ratna Damayani dan E Effendi dari Republika. Pranawengrum, yang memiliki sapaan pendek Rum ini, mengaku sebelumnya tak punya cita-cita menjadi penyanyi tenar. "Saya ini dulunya pemalu banget," tutur perempuan kelahiran Yogyakarta, 28 Maret 1943 ini. Meski telah 40 tahun menjadi penyanyi seriosa, ia tak merasa menjadi artis. Bagi ibu tiga anak dan nenek empat cucu ini, masih dikaruniai Allah kemampuan untuk tampil menyanyi adalah rahmat besar. "Usia saya 58 tahun masih dikaruniai bisa nyanyi, waduh itu sudah luar biasa. Teman-teman seangkatan saya banyak yang tidak tampil menyanyi lagi," katanya. Keberhasilan karir seriosa Rum kian membulat dengan dukungan besar keluarga. "Terutama dari suami saya," tandasnya. Ia memaparkan, sejak menikah suaminyalah yang memilihkan baju dan perhiasaan yang akan dikenakan saat pentas atau mengikuti kompetisi. "Pak Katamsi (Amoroso Katamsi, suami Pranawengrum) selalu melarang saya untuk mengerjakan pekerjaan rumah khusus untuk persiapan lomba atau pentas." Tak ketinggalan, sambungnya, suami dan kini anak-anaknya juga ikut mengkritik caranya membawakan lagu. "Dia (suami) kan berangkatnya juga dari teater, jadi hampir sama. Sebaliknya, kalau anak-anak bosan berlatih kita beri masukan juga. Kita saling mendukung." Keluarga Katamsi ini memang menjadi kumpulan seniman. Amoroso Katamsi sendiri selain berbintang satu Angkatan Laut adalah juga bintang film dan pemain teater. Anak pertama, Ratna Katamsi, adalah seorang pianis dan pengajar sekolah musik YPM. Dodi Katamsi menjadi penyanyi rock dan mantan personel grup musik rock Elpamas Surabaya. "Nggak tahu, belajar musiknya sama kok nyeleneh sendiri jadi rocker," kata Rum tentang anak laki-lakinya. Sedangkan si bungsu, Aning Katamsi, mengikuti karir sang ibu. Dengan nada guyon, Rum mengaku yang membuatnya merasa tak menjadi artis adalah badan besarnya. "Artis kan langsing," kilahnya. Tapi, ia justru merasa 'kebesarannya' ini memberikan energi pada suaranya. "Suara saya jadi lebih weeng..." lanjutnya. Rum menceritakan, saat mendampingi suaminya sebagai dokter di Cilacap dari 1969 sampai 1974 merupakan masa pesat bertambahnya berat badan. "Di sana waktu itu dokternya cuma lima orang. Mau naik sepeda dikatakan istri dokter kok naik sepeda. Mau naik becak juga dikatakan di sini nggak ada Bu Dokter yang naik becak. Mau latihan nyanyi juga dikatakan kok begitu. Ya, sudah akhirnya diam saja di rumah nggak ada kegiatan," paparnya. Rum menuturkan, ibunya, Oemi Salamah, termasuk sosok yang berandil besar mendorongnya bernyanyi. "Tiap kali akan lomba ibu selalu membuatkan intip (kerak nasi -- Red) yang direndam air matang lalu diembunkan dan diminumkan pada saya," kenangnya. "Ibu tak keberatan saya menyanyi, hanya melarang saya bersiul." Padahal, soal siul menyiul ini termasuk kelebihan keluarga Rum sekarang ini. "Anak saya Ratna malah juara siul yang diadakan Jayasuprana," kata perempuan yang juga berhobi memasak dan menjahit ini. Kenangan terhadap ayahnya, Soerahmad Padmorahardjo, tak banyak karena telah meninggal sejak Rum berusia tujuh tahun. "Tapi, kemampuan saya bernyanyi datang dari ayah yang pemain orkes dan pandai main biola. Ayah tak pernah mendidik saya menyanyi," kenang Rum. Berikut petikan wawancara dengan soprano Indonesia ini. Ia memaparkan perjalanan karir dan harapannya akan perkembangan seriosa di Indonesia. Mengapa Anda merasa perlu memperingati 40 tahun berkarir seriosa? Saya kira jarang penyanyi seriosa yang sampai 40 tahun. Kalau ingin memperingati ke-50 tahun kan saya nggak tahu soal umur saya. Jadi, kalau sampai 40 tahun masih bisa menyanyi, masih bisa tampil itu saya sudah sangat bersyukur. Dan ini saya tujukan juga untuk meningkatkan seriosa Indonesia, mumpung masih ada. Mudah-mudahan dengan pijakan pertama ini seriosa di Indonesia kian meningkat. Ini juga menjadi tanda buat saya, dengan dibantu teman-teman lainnya, bisa meningkatkan seriosa kembali. Selain itu juga menunjukkan bahwa seriosa Indonesia itu masih ada. Saya berharap seriosa ini terus digali. Apa target konser ini? Bisa membentuk kelompok atau masyarakat seriosa Indonesia, dengan mengumpulkan penonton, penikmat, pencipta dan penyanyi. Termasuk kian memasyarakatkan seriosa di Indonesia? Dengan mengadakan lomba, pagelaran-pagelaran kecil dari rumah ke rumah, beberapa teman sudah mulai melakukannya. Sebetulnya juga ada pertunjukan-pertunjukan kecil, tapi tidak terekspos. Terutama yang membantu ya televisi itu. Tapi, televisi sekarang karena soal budget dan sebagainya itu mungkin kurang berminat, apalagi televisi swasta. Atau mungkin saja seriosa itu ... (Pranawengrum menirukan suara kebanyakan penyanyi opera Barat), padahal lagu seriosa itu juga ada yang riang, lincah. Sebenarnya banyak lagu lain yang bisa diseriosakan, seperti lagu Melati Putih yang juga dinyanyikan Tika Bisono, lantas saya bawakan dengan seriosa. Juga lagu Aku Bermimpi karya Mas Guruh (Guruh Soekarnoputra). Ini lagu anak-anak dan saya seriosakan, ternyata banyak orang yang suka juga. Dengan teknik tertentu ternyata seriosa itu bisa diterima orang. Dan lagu seriosa itu sebetulnya juga bukan hanya untuk orang tua saja, tergantung lagu dan cara membawakannya. Sayangnya, yang sering nyanyi di televisi itu bukan penyanyi seriosa murni, mereka penyanyi yang menyanyikan lagu seriosa. Ya, merasa sayang, ada kesempatan menyanyi seriosa di televisi tapi bukan penyanyi seriosa sesungguhnya. Dengan begitu ya tak menarik ditonton. Saya juga tak pernah memaksa anak-anak saya belajar seriosa. Ya mungkin karena sering mendengarkan saya latihan di rumah dan menonton saya tampil, dari situ mungkin mereka merasa menyanyi itu enak. Apalagi ketika rumah saya masih di Pasar Minggu (Jakarta Selatan) saya juga membuat kelompok seriosa mulai dari remaja hingga ibu-ibu. Sekarang anak-anak itu yang menikmati. Bagaimana kisahnya hingga Anda menekuni dunia seriosa? Awal mulanya ketika SMA kelas 2 BOPKRI Yogyakarta. Di sekolah itu sering diadakan kegiatan menyanyi. Suatu ketika kepala sekolah menegur, kamu bisa nyanyi ya? Saya jawab, nggak pernah nyanyi Pak. Tapi, beliau berkeyakinan saya bisa nyanyi dan disuruh mewakili sekolah untuk ikut pekan kesenian pelajar. Saya dapat juara kedua. Ketika akan lulus sekolah, lalu ikut pekan kesenian pelajar tingkat nasional dan dapat juara kesatu. Mulai dari sinilah, tahun 1961, saya mulai menekuni seriosa. Kalau nggak diminta kepala sekolah rasanya tak mungkin. Memang dari kecil rasanya bisa nyanyi tapi kok nggak pernah diikutkan lomba sama guru. Saya dulu pemalu banget. Kenapa memilih seriosa? Dulu zaman saya kecil yang ada cuma tiga macam lagu, yaitu hiburan, keroncong dan seriosa. Saya merasa kayaknya seriosa itu pas di telinga. Bagi saya yang masih SR (sekolah rakyat -- Red), waktu itu merasa ada tantangan-tantangan untuk menyanyikan lagu yang sulit. Buat saya nyanyi kayak gitu kok bagus, lagunya juga bagus meski susah. Bagaimana ya bisa nyanyi kayak gitu. Itu jadi tantangan buat saya. Ketika SMP saya kian suka saja sama seriosa. Saya senang saja, tapi tiap kali ada lomba-lomba di sekolah, karena pemalu tak pernah ikut atau disuruh ikut. Ikutnya cuma paduan suara sekolah saja. Jadi, sepertinya saya masuk dunia seriosa ini dengan terpaksa karena disuruh ikut lomba oleh kepala sekolah. Lama-lama karena dapat juara timbul keyakinan mungkin saya bisa, cuma belum kulino (terbiasa -- Red). Siapa yang mengarahkan Anda memilih jalur seriosa? Nggak ada. Ini krentek ati (panggilan hati -- Red). Lagu-lagu seriosa itu bagus-bagus dan mengena di hati buat saya. Dan nggak gampang menyanyikannya. Saya merasa saya pas di seriosa ini. Saya cocok saja di seriosa ini. Karena kalau kita menyanyikan juga harus sesuai dengan ekspresinya. Lagu yang sedih atau gembira itu kentara sekali ekspresinya di seriosa itu. Selama ini ada hal-hal yang menghambat karir Anda berseriosa? Saya merasa tak ada kendala yang berarti selama berkarir seriosa ini. Hanya saja karena saya ibu rumah tangga dengan sendirinya nggak bisa hanya sepenuhnya khusus menyanyi, seperti bangun tidur langsung latihan, ya nggak bisa. Jadi ibu rumah tangga ya ngurusin anak dulu, mereka mau apa. Dan saya kira itu juga bukan hambatan yang berarti. Ya, saya pikir semua orang juga mengurusi keluarganya. Lalu apa yang membuat Anda tetap eksis hingga kini? Ya, masih berlatih meskipun tak seperti waktu masih muda dulu. Karena kesibukan juga dan sempat mendampingi suami kerja yang otomatis juga ikut Dharma Wanita. Kebetulan saya jadi sekretaris, jadi menyita banyak waktu. Mulai saat itu saya nggak ngajar lagi hingga keterusan sampai sekarang. Kebiasaan-kebiasaan lain untuk menjaga stamina suara? Saya biasa jalan kaki dan orhiba (olah raga hidup baru). Ada pantangan makanan? Kalau untuk sehari-hari tak ada. Tapi, untuk menghadapi event besar ya sedikit menahan untuk tak minum es dan goreng-gorengan. Dibandingkan menyanyikan jenis lagu-lagu lain, menyanyi seriosa itu apa memang berat? Nnggak juga. Setiap musik itu punya jalurnya sendiri-sendiri. Nggak ada yang ini lebih bagus dari yang lainnya, nggak ada itu. Cuma untuk menyanyikan atau menguasainya orang harus punya keterampilan untuk itu. Harus belajar juga, jangan hanya mengandalkan bakat alam saja. Bakat alam mungkin memang bagus, tapi mesti diimbangi dengan belajar. Saya memang tak pernah belajar di sekolah formal, tapi kursus kemana-mana. Sejak menjadi juara Bintang Radio di Yogyakarta, guru dan para ahli musik itu bukan menunggu kita datang pada mereka, tapi beliau-beliau itu malah menyuruh saya untuk mau diajari. Beliau-beliau itu, seperti Pak Suwandi, Suthasoma, Kusbini, N Simanungkalit dan Djanad malah kepingin ngajari saya. Saya bersyukur sekali. Setelah saya pindah ke Jakarta giliran dibina Pak Pranandjaya, Bu Sari Indrawati, Ronald Pohan, Annette Frambach dan FX Sutopo. Kenapa Anda hanya mengkhususkan menyanyi seriosa Indonesia saja? Saya berangkat dari situ. Namun, saya juga tak melupakan lagu-lagu lain dari Barat, seperti cuplikan-cuplikan lagu opera, dari oratorium. Hingga saat ini saya belum pernah kehabisan stok lagu seriosa, termasuk seriosa Indonesia. Malah ada beberapa yang masih ada di tempat orang-orang tertentu, seperti komponis yang sengaja mencipta untuk hadiah seseorang. Nah, lagu-lagu seperti ini yang belum tergali dan banyak yang kayak begini. Kebetulan jalur yang saya pilih khusus seriosa Indonesia, jadi banyak stok lagunya. Ya, saling tukar menukar lagu dengan teman, dapat dari komponisnya langsung. Kalau lagu seriosa Barat kan sudah banyak dibukukan, tinggal cari bukunya saja. Kalau lagu seriosa Indonesia belum ada yang dibukukan. Jadi, orang jadi sulit mendapatkannya. Kadang-kadang saya menelepon langsung ke komponisnya, punya lagu ini nggak. Tapi, sumber yang mengartikan lagu-lagu itu kayaknya belum ada. Makanya, dengan saya mengadakan acara 40 tahun saya berseriosa ini saya ingin membentuk masyarakat seriosa Indonesia. Keinginan yang sebetulnya tak muluk ya. Jadi, untuk melestarikan seriosa Indonesia dan yang sudah-sudah tetap dikenal oleh generasi mendatang. Selain itu, juga untuk menghargai komponis-komponis. Saya ingin juga mengajak generasi muda, pencipta lagu, penyanyi dan sebagainya bisa ikut melanjutkan kelestarian seriosa Indonesia ini. Jadi, stok lagu seriosa itu tak sedikit? Wah, banyak. Mungkin selama ini orang hanya mendengar lagu yang itu-itu saja seperti Melati Putih (karya Guruh Soekarnoputra -- Red), padahal banyak sekali. Komponisnya juga banyak walau sebagian besar sudah meninggal, seperti Pak Iskandar, Pak Syafei Embut, Pak Mochtar Embut. Tapi, masih banyak juga yang masih hidup seperti Pak FX Sutopo, Mbak Trisutji Kamal. Apakah sedikitnya jumlah penyanyi seriosa mempengaruhi publikasi lagu-lagunya? Antara lain mungkin itu. Tapi, terutama karena media penyampainya yang kurang banyak. Sekarang ini sepertinya RRI dan televisi tak pernah menyiarkan lagu seriosa Indonesia. Saya lihat belakangan ini nggak ada. Karena medianya kurang, komponisnya ya nggak mencipta lagi. Dan kira-kira tiga sampai lima tahun terakhir ini tak ada pemilihan Bintang Radio dan Televisi. Biasanya penyanyi seriosa kan munculnya dari lomba-lomba seperti itu. Tapi, pengalaman sebagai juri, saya merasa peserta kayaknya memilih kategori seriosa karena menganggap paling sedikit saingannya. Bukan karena ia sudah belajar dan kepingin betul-betul menguasai seriosa. Menurut Anda, kenapa selama ini minat orang jadi penyanyi seriosa sangat sedikit? Orang biasanya menganggap menyanyi seriosa tak laku jual. Padahal nggak juga ya. Karena terbukti dari kursus-kursus musik sekarang banyak juga yang belajar menyanyi klasik. Seriosa itu kan sebutan di Indonesia, kalau di luar negeri disebutnya ya musik klasik atau artsong. Dengan adanya Masyarakat Seriosa Indonesia, maka diharapkan ada penonton, penyanyi dan komponis yang bisa ikut bergabung. Mudah-mudahan seperti tahun 1960-an dulu itu, seriosa sangat semarak. Anda sudah meluncurkan album seriosa? Dulu saya pernah bikin album, tahun 1980-an. Tapi, kata produsernya tidak laku... he-he-he. Jadi, saya jual sendiri atau dibagi-bagikan saja. Tapi, lucunya waktu lomba Bintang Radio dan Televisi tahun 1980-an dan 1990-an ditemukan dalam tiap lomba-lomba itu ada lima kaset bajakan. Ya, lucu kan, katanya nggak laku dijual tapi ada yang membajak. Tiap lomba itu kan peserta rata-rata cuma 30 orang dan bisa ditemukan lima kaset bajakan dari mereka. Katanya, mereka beli dari salah satu toko di Kebayoran. Sampai saat ini saya belum bikin album lagi, ya karena katanya nggak laku itu. Jadi, kebanyakan kita nyanyi seriosa itu untuk diri sendiri dan lingkungan tertentu. Rencananya, dalam konser ini sekalian mau jual kaset tapi masih mau melihat respon dulu. Dengan melihat karcis yang terjual habis, ternyata masih banyak yang berminat. Mungkin saya memproduseri sendiri kaset itu. Soalnya produser lain rasanya nggak ada yang berminat memproduseri lagu seriosa. Bagaimana Anda menilai kader-kader seriosa sekarang ini? Banyak yang berbakat apalagi mereka banyak yang memulainya dari pendidikan musik yang betul. Karena untuk menyanyi yang benar itu belum tentu kita bisa koreksi diri sendiri apalagi untuk pemula. Musik klasik diyakini mampu mempengaruhi kecerdasan, apakah lagu-lagu seriosa juga begitu? Saya kira sama. Wong namanya lagu ya mesti ada pengaruhnya juga. Yang jelas, karena ada kesulitan-kesulitannya, maka untuk menyanyikan seriosa memerlukan keseriusan dalam berlatih dan menyanyikannya. Dalam lagu ada tanda-tandanya, kita harus halus atau kencang. Kita harus belajar mengekspresikan dengan pas. Saya sendiri sudah 40 tahun menyanyi seriosa rasanya kok tetap masih kurang sempurna. Selain bakat, apa yang dibutuhkan untuk menjadi penyanyi seriosa? Ketekunan, dan rasanya tak mungkin penyanyi seriosa tak memiliki bakat suara yang bagus. Karena, menyanyi seriosa itu tak bisa cuma sepotong-potong terus berhenti. Ekspresi itu terus berjalan dalam satu lagu. Apalagi kalau pentas tak mungkin kalau tak punya bakat suara bagus. Untuk menyanyi seriosa yang bagus memang ada tahapannya, untuk pemula juga ada tahapannya. Tuntutan lagu itu memerlukan pendalaman emosi. Selama ini hanya sedikit yang bisa menikmati seriosa, menurut Anda kenapa? Untuk mencerna lagu seriosa itu membutuhkan sesuatu kemampuan. Lain halnya lagu pop yang lebih mudah dicerna. Ada lagu-lagu tertentu yang bisa didengarkan semua orang, tapi ada lagu yang pada tingkatan tertentu bukan konsumsi umum. Kalau seperti saya mendengarkan seseorang menyanyi, itu sudah bisa menilai kira-kira dia sudah sampai tingkatan keberapa. Dengan mengolah diri sendiri kita bisa merasa apakah nada ini pas atau tidak untuk diperdengarkan. Ada rencana buka sekolah seriosa? Saya sudah tua. Biar generasi anak-anak saja yang masih terus mengajar. Penyanyi seriosa yang muda-muda sekarang juga cukup baik. Animo masyarakat juga sudah mulai banyak. Terbukti kalau ada pagelaran orkestra penontonnya juga banyak. Saya sangat senang sekali seriosa Indonesia mulai tumbuh lagi. Saya berharap pimpinan-pimpinan orkestra ini sering mengajak penyanyi seriosa untuk tampil bersama mereka. Dan bukan hanya mengajak Aning dan Binu (keduanya penyanyi seriosa), tapi masih banyak yang lainnya. Ya, memang nggak gampang menyanyi dengan orkes itu. Banyak para bintang radio itu menyanyi bagus saat diiringi piano, tapi begitu diiringi orkestra keteteran. Semestinya penyanyi itu yang memimpin dirigen untuk menyanyi, tapi kebalikannya yang terjadi, justru penyanyi itu dituntun dirigen sebab tak tahu dimana mau masuknya. Menjadi penyanyi seriosa itu bisa memberi kehidupan yang memadai? Sekarang ya. Buktinya anak saya bisa nyanyi terus. Ya, Aning (Aning Katamsi, putri Pranawengrum -- red), begitu juga Binu D Sukaman. Semua itu asal ditekuni pasti bisa. Ya, cukup memadai kalau saya lihat kenyataannya anak saya bisa begitu. Sekarang situasinya lebih terbuka karena ada orkes ini, orkes itu. Mereka mengajak penyanyi yang menyanyi seriosa, seperti lagu-lagu opera dari luar. Binu mengisi soundtrack sinetron. Saya dulu juga pernah bersama Idris Sardi dan Sudarnoto juga sempat mengisi film-film layar lebar. Grup kita ini juga mengisi suara Beruang Madu di Ancol sebelum tempat itu terbakar, meski orang nggak tahu siapa yang menyanyi itu. Saya kira penyanyi seriosa itu tetap terpakai. () *** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar